Minggu, 10 Januari 2016

Misteri Sebuah Kunci dan Sesosok Bayangan

Ini adalah Challenge menulis OWOP (One Week One Paper), temanya STORY BLOG TOUR. Di mana member lain yang sudah diberi urutan absen melanjutkan sesuai imajinasinya di blog pribadinya.
Aku Cici mendapatkan giliran untuk membuat episode ketiga dalam serial story blog tour ini.




Dan inilah episode ketiga. Cekidot~

***

"Bu, ibu... Ibu di mana?" Ana menjelajahi setiap ruang dalam rumahnya, tapi sosok yang dicari belum juga ditemukan.

'Ibu kemana, ya? Biasanya jam segini ada di rumah. Kalau nggak di dapur, biasanya ada di kamar.' Pikirnya.

Hampir sejam sejak pulang sekolah tadi Ana memanggil-manggil dan mencari ibunya. Rumah yang memang sudah sepi karena hanya dihuni mereka berdua, semakin terasa tak bernyawa tanpa sosok ibu--yang kini entah di mana.

Hari semakin sore, bahkan sebentar lagi senja menjelang, tapi belum ada tanda-tanda dari ibu. Rasa khawatir dan berbagai tanda tanya mulai menyelinap dalam pikiran. Seluruh ruangan dari tadi sudah dijelajahi. Kamar depan, kamar belakang, ruang tengah, dapur, halaman depan, halaman belakang, bahkan gudang yang biasanya mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding, juga sudah diperiksa. Namun ibu, tetap tidak ada.

Ana mulai putus asa. Ia memilih duduk dan menunggu saja. 'Mungkin tadi ibu main ke rumah tetangga, keasikan ngobrol, lalu lupa pulang.' Tunggu. Ke rumah tetangga? Tapi, bukankah mereka tidak punya tetangga? Yang ada hanya rumah tua yang berada di depan rumahnya. Atau jangan-jangan ibu ada di sana? Tapi untuk apa ibu ke sana?'

Berbagai tanda tanya dan kemungkinan-kemungkinan di pikirannya mulai berkecamuk. Ah, daripada menunggu tanpa kepastian, mungkin ada baiknya ia sendiri mencoba membuktikan. Mengecek--mungkin tidak ada salahnya. Walau rasa takut diam-diam menyelinap.

Ana sudah berada tepat di depan pintu utama rumah tua itu, ingin segera diraihnya gagang pintu dan membukanya, tapi urung. Sejenak ia berpikir, apa mungkin ibu ada di dalam? Bagaimana jika nanti ia sudah di dalam, sendirian, justru nanti dia yang tidak bisa keluar? Seperti ibunya pernah ceritakan. Tentang rumah tua itu yang di dalamnya banyak kamar-kamar yang saling berkaitan seperti labirin. Jika tidak tahu seluk-beluknya, bisa terjebak di sana. Begitu kata ibu waktu itu.

Namun, rasa ingin tahu dan  khawatir terhadap kondisi ibunya yang sudah paruh baya serta sering sakit-sakitan itu, mengalahkan rasa takut dalam diri Ana. Segera ditepisnya semua itu. Tangannya kini sudah meraih gagang pintu dan bersiap membukanya. 

Ciiittt... Perlahan. Pintu terbuka, sedikit, hanya beberapa senti. Belum berani membuka lebih lebar. Ana masih berjuang melawan rasa takutnya. Sementara itu, aroma kengerian kembali menyelinap. Membuat bulu kuduk merinding. Memacu jantung untuk memompa darah lebih cepat.

"Ana?"

Sebuah suara tiba-tiba mengangetkannya. Membuat jantung berdegup lebih kencang. Muka Ana pucat. Tangannya dingin.

"Ana, kamu ngapain di sini, Nak?"

Mendengar kata "nak", degup jantungnya berangsur mulai normal. Dia memberanikan diri untuk membalikkan badan, mencari sumber suara.

"Ib... Ibu? Ibu kok tiba-tiba ada di sini?" tanya ana heran, namun sedikit lega karena ibunya kini sudah ada di hadapannya.

"Justru, ibu yang mau nanya. Kamu ngapain di sini? Bukannya ibu sudah pernah bilang, jangan mendekat ke rumah ini? Berbahaya. Apalagi ini sudah senja." Ibu mengingatkan. Namun, dari raut wajahnya, Ana mulai membaca ada sesuatu yang berusaha ibu sembunyikan.

"Ana cuma niat mau cari ibu, karena nggak biasanya ibu pergi nggak bilang-bilang. Apalagi sampai jam segini. Makanya tadi ana sempat kepikiran, jangan-jangan ibu ke sini. Emangnya ibu dari tadi kemana, sih?" tanya ana dengan wajah sedikit cemberut.

"Nggak ada. Cuma ke tukang kunci. Perbaiki kunci ini," jawab Ibu seraya menujukkan sebuah kunci. 

'Kunci? Kunci itu, bukannya yang tadi pagi berusaha dihancurkan ibu? Lalu kenapa sekarang justru diperbaiki lagi?'

Masih berkeliaran banyak tanda tanya di pikirannya. Namun, ibu segera mengamit tangan Ana untuk mengajak pulang dan meninggalkan rumah tua itu. Ana menurut. Mengikuti langkah ibunya untuk segera pulang. Namun, ia sempat menoleh ke belakang, dan darahnya kembali berdesir. Sesosok bayangan seseorang melintas dari balik pintu rumah--yang tadi sedikit terbuka.

Bayangan siapakah itu? Apakah itu ayah Ana yang selama ini disembunyikan oleh ibunya? Atau itu adalah...


To be continued...

----------

Ikuti kisah selanjutnya.
Episode 4 : Rizki Khotimah (Coming soon)

Silahkan kunjungi blog Rizki Khotimah untuk tahu kelanjutan ceritanya.



4 komentar: